SURAKARTA – Pada masa kejayaan Mataram Islam, pengobatan tradisional Sangkal Putung menjadi salah satu ujung tombak kekuatan pasukan perang. Metode ini terbukti sangat efektif dalam menangani cedera tulang yang kerap dialami prajurit di medan pertempuran. Dengan kemampuan penyembuhan yang cepat dan tepat, Sangkal Putung memungkinkan para prajurit untuk segera kembali bertempur.
Karena perannya yang vital, setiap prajurit dilatih untuk menguasai teknik pengobatan ini agar dapat menangani cedera secara mandiri di lapangan. Sangkal Putung pun menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuatan militer Mataram saat itu.
Namun seiring perkembangan zaman, pengobatan Sangkal Putung mulai terlupakan. Kemunculan metode medis modern dan teknologi canggih membuat pengobatan tradisional ini dianggap kuno dan kurang efektif.
Di tengah arus modernisasi tersebut, muncul sosok anak muda bernama Sofyan Alkays yang menaruh perhatian besar terhadap warisan leluhur ini. Ia tidak ingin pengobatan Sangkal Putung hilang ditelan waktu. Dengan semangat dan dedikasi, Sofyan memulai perjalanan panjang untuk menggali kembali ilmu yang hampir punah ini.
Sofyan melakukan penelitian mendalam, menelusuri manuskrip kuno, dan mewawancarai para sesepuh yang masih menyimpan pengetahuan tentang Sangkal Putung. Berkat ketekunan dan kesabarannya, ia berhasil mengungkap kembali rahasia di balik metode pengobatan tersebut.
Kini, Sofyan bertekad menghidupkan kembali pengobatan Sangkal Putung dan memperkenalkannya kepada masyarakat Indonesia. Ia ingin membuktikan bahwa metode tradisional ini masih relevan dan efektif dalam menangani cedera tulang, serta layak menjadi alternatif pengobatan yang efisien.
Lewat upaya Sofyan, pengobatan Sangkal Putung berpotensi menjadi contoh nyata keberhasilan pelestarian warisan pengobatan tradisional Indonesia. Siapa tahu, di masa mendatang, metode ini dapat menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang mencari penyembuhan yang alami dan terjangkau.