Sinergi dan Silaturahmi PWI dan AJI: Merajut Harapan di Balik Jeruji Lapas Tulungagung

Sinergi dan Silaturahmi PWI dan AJI: Merajut Harapan di Balik Jeruji Lapas Tulungagung

 

Tulungagung — Di balik tembok tinggi dan jeruji besi, ada secercah cahaya harapan yang terus menyala. Semangat itulah yang terpancar dari kegiatan bertajuk “Silaturahmi dan Sinergitas bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI)” yang digelar oleh Lapas Kelas IIB Tulungagung pada Rabu (06/08). Bukan sekadar kunjungan biasa, kegiatan ini menjadi ajang pembuktian bahwa pemasyarakatan adalah tentang perubahan perilaku, pembinaan, dan harapan masa depan.

Kegiatan dimulai dengan mengajak Ketua PWI beserta jajarannya mengenalkan layanan di Ruang Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP), di mana berbagai layanan pemasyarakatan diperlihatkan secara transparan dan informatif. Rombongan media kemudian diajak meninjau Pos Bapas, sebagai bagian dari sinergi pembinaan antara Lapas dan Balai Pemasyarakatan. Suasana semakin hidup saat para wartawan disambut dengan rangkaian penampilan seni Warga Binaan, diawali dengan tarian jaranan sentherewe “Satriya Bhinangun”. Satriya Bhinangun”, yang berarti Ksatria yang Dibina, menggambarkan transformasi seorang individu dari kegelapan menuju cahaya. Gerakan lincah dan penuh semangat dalam tarian ini mencerminkan tekad dan semangat warga binaan dalam proses pembinaan, sekaligus menjadi wujud nyata pelestarian budaya lokal di dalam lingkungan pemasyarakatan. Disusul penyambutan dengan irama religi dari tim hadrah santri Al-Muhajirin, dan ditutup dengan pertunjukan Semaphore Dance digabung dengan menampilkan pencak silat dari Pramuka Lapas Tulungagung. Pertunjukan pencak silat di pramuka Lapas Tulungagung menggabungkan gerakan dari berbagai organisasi pencak silat di Tulungagung, diantaranya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo (PSHW), Ikatan Pencas Silat Nahdlatul Ulama (IPS NU) Pagar Nusa, dan Ikatana Keluarga Silat Putra Indonesia (IKS PI) Kera Sakti. Mereka tampil spektakuler dan atraktif. Setiap gerakan bukan hanya seni, tetapi wujud nyata pembinaan karakter dan spiritualitas yang terus digelorakan di balik jeruji.

Seusai melihat penampilan WBP, Kalapas Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, mendampingi Ketua PWI, Wiwieko Dharmaidiningrum, dan Koordinator AJI, David Yohanes bersama awak media menyusuri area Bimbingan Kerja (Bimker). Di sana, hasil karya warga binaan dipamerkan dengan penuh kebanggaan: dari olahan marmer, ukiran kayu, sandal, keset, karpet sapi, celemek, hingga lukisan penuh makna. Tak hanya itu, rombongan juga diajak meninjau berbagai ketahanan pangan peternakan dan perkebunan yang memanfaatkan lahan kosong, seperti ternak domba, lele, serta lahan terong, kangkung, dan cabai. Semua menjadi capaian bahwa narapidana mendapatkan pembinaan yang diharapkan dapat menjadi bekal saat kembali ke masyarakat.

Ketua PWI Cabang Tulungagung, Wiwieko Dharmaidiningrum, mengungkapkan kekagumannya. “Kami tidak menyangka, di dalam Lapas terdapat begitu banyak potensi dan kreativitas yang dibina secara serius. Ini sangat inspiratif dan membuka cara pandang kami tentang makna pemasyarakatan yang sebenarnya,” ujar Wiwieko.

Senada dengan hal tersebut, Kalapas Ma’ruf Prasetyo Hadianto menyampaikan harapannya, “Kami ingin menyampaikan kepada masyarakat, melalui rekan-rekan media, bahwa Lapas bukan tempat yang menyeramkan seperti dalam bayangan sebagian orang. Kami melaksanakan program Asta Cita Presiden RI dan Akselerasi Menteri Imipas bahwa lapas adalah tempat untuk membina, mendidik, dan mempersiapkan warga binaan agar dapat kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik, produktif dan bermartabat” terang Ma’ruf.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga menjadi momentum menyuarakan bahwa pemasyarakatan adalah kerja bersama, dan media adalah jembatan utama untuk membangun pemahaman publik yang lebih adil dan manusiawi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *