Ustadz Pujiono Bakar Semangat Peserta Bimtek PM, Koding, dan Kecerdasan AI dalam Kajian Subuh di Medan
Medan – Ahad, 5 Oktober 2025.
Dalam suasana hening nan khidmat di Hotel Le Polonia Medan, ratusan peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembelajaran Mendalam (PM), KKA, dan PPK Region Sumatera Utara mendapatkan siraman rohani dari Ustadz Pujiono, SS., MM, salah satu tokoh Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah. Dalam kultum Subuh bertajuk “Mengoding Masa Depan”, beliau membakar semangat para guru dan peserta dengan pesan mendalam tentang pentingnya bersyukur, menghidupkan cinta dalam profesi guru, serta menjadikan koding dan kecerdasan buatan (AI) sebagai sarana dakwah.
Syukur adalah Awal Kesuksesan
Mengawali tausiyahnya, Ustadz Pujiono menekankan makna tidur sebagai kematian sementara. “Ketika kita dibangunkan dari tidur, itu artinya Allah memberi kesempatan hidup sekali lagi. Maka kesuksesan pertama adalah saat membuka mata dengan penuh rasa syukur,” ujarnya.
Beliau menegaskan bahwa rasa syukur harus tercermin dalam shalat Subuh berjamaah, apalagi di tempat yang mewah seperti aula hotel tempat berlangsungnya kajian. “Guru adalah profesi mulia. Sebagai tanda syukur, guru tidak boleh berhenti belajar. Diam adalah lonceng kejumudan. Guru sejati adalah guru yang sekaligus menjadi murid,” tegasnya.
Pesan KH Ahmad Dahlan: Teruslah Belajar dan Kembali ke Muhammadiyah
Dalam kultumnya, Ustadz Pujiono mengutip pesan monumental pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan:
> “Jadilah murid. Muhammadiyah hari ini dan esok akan berbeda. Teruslah belajar. Jadi guru, kembalilah ke Muhammadiyah. Jadi dokter, jadi master, lalu kembalilah berkhidmat kepada Muhammadiyah.”
Pesan ini, lanjut Pujiono, menegaskan bahwa setiap insan beriman tidak boleh berhenti menuntut ilmu, apalagi seorang guru. “Guru tidak boleh sekadar hadir demi menunggu tanggal satu. Guru harus hadir dengan hati, dengan cinta, agar ada nilai pahala di setiap detik pengabdiannya,” ungkapnya sambil menyelipkan humor segar tentang guru “5 koma” yang membuat peserta tersenyum.
AI dan Guru: Bedanya Ada pada Rasa dan Cinta
Lebih lanjut, Pujiono menyampaikan refleksi tentang AI yang kian berkembang pesat. Menurutnya, teknologi bisa menggantikan banyak profesi, termasuk guru. Namun, ada hal yang tidak bisa digantikan: rasa dan cinta.
“Jangan sampai kelas menjadi dingin tanpa rasa. Guru yang hanya formalitas bisa jadi 20 tahun mengajar tanpa pahala. Tetapi guru yang mengajar dengan cinta, setiap menitnya bernilai ibadah,” jelasnya.
Iqra dan Koding: Bahasa Peradaban Baru
Mengaitkan dengan wahyu pertama Al-Qur’an, Iqra, Ustadz Pujiono menekankan bahwa membaca dan belajar adalah kunci membangun peradaban Islam. “Nabi Muhammad yang ummi diperintah membaca, apalagi kita yang bisa membaca. Di era android dan AI ini, koding adalah bahasa peradaban baru,” tegasnya.
Ia menambahkan, koding melahirkan sistem aplikasi dan kecerdasan buatan. Namun, ia mengingatkan: “Koding hanyalah alat, bukan tujuan. Jika diarahkan pada kebaikan, maka ia menjadi jalan menuju pahala. Jika digunakan untuk keburukan, ia bisa menjadi sumber bencana.”
Dalil Qur’an dan Hadis: Ilmu untuk Dunia dan Akhirat
Dalam kajian tersebut, Ustadz Pujiono mengutip firman Allah dalam QS. Al-Qashash: 77 yang menegaskan agar manusia mencari kebahagiaan akhirat dengan apa yang Allah anugerahkan, tanpa melupakan bagian dunia, serta berbuat baik di bumi.
“Ilmu dunia, termasuk koding dan AI, adalah bekal menuju negeri akhirat. Maka belajar koding dan AI harus diarahkan untuk dakwah dan kebaikan, bukan sekadar mengejar dunia,” paparnya.
Beliau juga mengingatkan hadis Nabi SAW:
> “Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadis ini, menurutnya, adalah motivasi agar umat Islam tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga menjadikannya jalan menuju keridhaan Allah.
Umat Islam Harus Jadi Pengendali, Bukan Korban Teknologi
Mengakhiri kultumnya, Ustadz Pujiono menekankan bahwa umat Islam harus menjadi pengendali teknologi, bukan korban teknologi.
“Mari kita isi dunia digital dengan konten dan aplikasi yang membawa pada kebaikan. Dengan koding, dengan AI, mari kita mengoding masa depan untuk meraih ridha Ilahi,” pungkasnya yang disambut dengan takbir dan semangat peserta Bimtek.
Dengan gaya komunikasinya yang khas—tegas, penuh humor segar, dan sarat makna—Ustadz Pujiono berhasil membakar semangat peserta untuk menjadi guru pembelajar, pengendali teknologi, dan penggerak peradaban baru berbasis iman, ilmu, dan amal.
Nug