Kartasura Berdendang Meriah di HUT ke-345: Gelombang Nostalgia dan Kejutan di Petilasan Karaton Kartasura

Kartasura Berdendang Meriah di HUT ke-345: Gelombang Nostalgia dan Kejutan di Petilasan Karaton Kartasura

Kartasura, 8 Oktober 2025 – Di bawah langit malam Kartasura yang bertabur bintang, perayaan Hari Jadi ke-345 kota ini mencapai puncaknya dengan gemuruh kegembiraan. Ratusan pasang mata dan hati memadati area depan petilasan Karaton Kartasura, larut dalam harmoni musik, tawa, dan kebersamaan. Suasana riuh rendah, berpadu dengan aroma kuliner khas dari bazar UMKM yang berjejer rapi, menciptakan sebuah pesta rakyat yang tak terlupakan.

Tepat pada malam ke-7 perayaan, panggung utama disulap menjadi arena dansa massal oleh penampilan energik Orkes Melayu Bhend Gedhe. Grup musik kebanggaan Kartasura ini tak henti-hentinya mengalunkan lagu-lagu dangdut jadul yang akrab di telinga, membangkitkan memori indah bagi para penonton. Tak hanya kaum dewasa, generasi muda pun ikut terhanyut, membuktikan bahwa musik klasik tak lekang oleh waktu. Beberapa penonton bahkan tampil unik dengan “joget berpakaian jadul,” menambah semarak dan nuansa otentik pada perayaan ini.

Yovita Sanjaya KDI

MC Andrian dengan cekatan memandu acara, sementara para biduanita Ambar Safira dan Sita Aditya memanaskan suasana dengan vokal mereka yang memukau. Namun, sorotan utama malam itu jatuh pada Yovita Sanjaya KDI. Dengan kharisma panggungnya, Yovita membawakan lagu “Tambal Ban” yang sontak menghipnotis penonton untuk bergoyang serentak. Kemudian, dengan sentuhan emosi yang mendalam, ia melanjutkan dengan “Pacar Dunia Akhirat” dan “Lukaku,” yang berhasil menciptakan suasana syahdu, menyentuh hati para penonton dalam balutan melodi yang mendayu.

Staso Prasetyo Putra Alm Didi Kempot & Andrian MC

Puncak emosi terjadi ketika sebuah kejutan tak terduga muncul di atas panggung: Staso Prasetyo, putra dari mendiang Maestro Campursari Alm. Didi Kempot. Begitu Staso melantunkan bait pertama “Suket Teki,” gelombang sorak sorai dan tepuk tangan membahana. Ratusan penonton serentak ikut bernyanyi, meluapkan kerinduan pada sang “Godfather of Broken Heart.” Penampilannya ditutup dengan “Pamer Bojo,” yang semakin membuat penonton terhibur dan larut dalam euforia. Kehadiran Staso menjadi jembatan antara nostalgia dan semangat baru, menegaskan bahwa warisan seni Didi Kempot akan terus hidup.

Perayaan Hari Jadi Kartasura yang berlangsung dari tanggal 1 hingga 12 Oktober ini memang dirancang sebagai pesta untuk semua. Selain gemerlap panggung musik, seniman asli Kartasura turut unjuk gigi, menampilkan beragam pertunjukan yang kaya akan budaya lokal. Bazar UMKM yang menyediakan berbagai produk unggulan juga menjadi magnet tersendiri, mendorong roda ekonomi dan memperkenalkan kekayaan Kartasura kepada khalayak luas. Malam ke-7 ini menjadi bukti nyata betapa luar biasanya Bhend Gedhe dangdut asli Kartasura dalam menyatukan hati penonton, menjadikan perayaan ini tak hanya meriah, tetapi juga penuh makna dan kehangatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *