“Inovasi Maggot Padizha: Dari SMPN 4 Surabaya, Solusi Pengelolaan Sampah Organik Skala Lokal Hingga Nasional”

Siswi SMPN 4 Surabaya Padizha Nikeisyandria Aisyzarra (Kiri) dan Janeeta Qausquza Sakha (Kanan)

Jendela Jateng News

Surakarta-Padizha Nikeisyandria Aisyzarra, seorang siswi SMP Negeri 4 Surabaya, telah menginspirasi banyak pihak dengan inovasinya dalam mengelola limbah makanan. Di tengah isu lingkungan yang semakin mendesak, Padizha membuktikan bahwa solusi dapat datang dari inisiatif dan semangat generasi muda. Ia mempresentasikan proyek unggulannya, “Maggot! – Maggot Pengurai Sampah,” dalam Jambore Sekolah Ekologis Nasional 2025 di Hotel Dana, Surakarta 22/10/25.

Sebagai Finalis Putri Lingkungan Hidup 2025 yang mewakili sekolahnya, Padizha menjelaskan bahwa proyeknya memanfaatkan teknologi biologi melalui larva Black Soldier Fly (BSF) atau maggot. “Maggot berperan sebagai pengurai sampah organik yang efektif. Mereka mampu mengurai sisa makanan dengan cepat dan efisien, mengurangi volume sampah, dan menghasilkan produk yang bermanfaat seperti pupuk dan pakan ternak,” ujarnya kepada awak media.

Sejak Juni 2024, Padizha telah berhasil mengolah lebih dari 20 ton sampah organik (food waste) yang berasal dari berbagai sumber, termasuk hotel-hotel ternama seperti Hotel Mercure, Ibis, dan DoubleTree, Resto Sambel Uleg Suroboyo, serta pasar-pasar tradisional di Surabaya. Dari proses pengolahan tersebut, ia menghasilkan 2 ton maggot yang diolah menjadi dua produk utama: Dry Maggot dan KasGot.

Dry Maggot adalah maggot kering yang memiliki nilai gizi tinggi dan dimanfaatkan sebagai pakan untuk ikan dan unggas. Sementara itu, KasGot adalah pupuk organik yang berasal dari sisa media budidaya maggot dan telah terbukti efektif dalam menyuburkan tanaman.


Bersama dengan guru pembimbingnya, Sulastri, Padizha mengembangkan konsep ekonomi sirkular di lingkungan sekolah. Mereka mengintegrasikan budidaya maggot dengan pemeliharaan ikan lele, bebek petelur, dan ayam pedaging. Pakan untuk hewan-hewan ternak ini sepenuhnya disuplai oleh maggot yang dihasilkan oleh siswa.

“Dari limbah dapur yang biasanya terbuang, kini lahir produk yang bermanfaat untuk mendukung pertanian dan peternakan di sekolah. Ini adalah implementasi nyata dari ekonomi sirkular di dunia pendidikan,” kata Sulastri dengan bangga.

Selain menjalin kerjasama dengan sektor swasta, Padizha juga membangun jejaring sosial melalui mitra binaan seperti Kampung Demak Timur V, serta dua yayasan yatim piatu: Mahabatur Rosul dan Yatamasa. Mereka dilibatkan dalam pelatihan budidaya maggot dan pengolahan pupuk, sehingga program ini memberikan dampak sosial dan ekologis yang berkelanjutan.

Padizha Bersama Tim Dalam Pameran di Jambore

Dalam pameran di Jambore, Padizha dan timnya menampilkan berbagai produk ramah lingkungan hasil karya siswa SMPN 4 Surabaya, di antaranya KasGot, Dry Maggot, sabun ekoenzim “Sakera”, sirup belimbing wuluh “Sibulura”, dan pewangi alami dari bunga serta kulit buah. Produk-produk ini mencerminkan kreativitas siswa dalam mengubah limbah menjadi sumber daya yang bernilai.

Inovasi Padizha tidak berhenti sampai di situ. Ia juga menggagas program ekonomi sirkular “Tabungan Berkah Bumazaa,” sebuah model pemberdayaan lingkungan berbasis produksi dan edukasi. Dalam program ini, hasil penjualan ternak (ayam dan ikan lele) dijual ke sejumlah restoran, dan keuntungannya digunakan kembali untuk membeli maggot dari mitra binaan.

“Selain memberikan dampak positif bagi lingkungan, inovasi ini juga menciptakan perputaran ekonomi hijau yang berkelanjutan,” tambahnya.

Program ini juga membuka peluang riset baru, khususnya dalam pemanfaatan fresh maggot sebagai campuran pakan ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fresh maggot meliputi:

– Lemak: 1,05%
– Protein: 9,66%
– Karbohidrat: 28,56%

Padizha berharap bahwa inisiatifnya ini dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan memanfaatkan produk-produk ekologis. “Saat bumi sedang tidak baik-baik saja, kita harus kreatif untuk menyelamatkannya,” pungkas Padizha dengan optimisme.

Kisah Padizha Nikeisyandria Aisyzarra adalah bukti nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat dimulai dari langkah-langkah kecil di usia muda, dan semangat ini dapat menjadi pendorong perubahan menuju masa depan bumi yang lebih lestari.

 

Yus/Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *