Siswi SMPN 4 Surabaya Padizha Nikeisyandria Aisyzarra (Kiri) dan Janeeta Qausquza Sakha (Kanan)
Jendela Jateng News
Surakarta – Di tengah meningkatnya persoalan limbah makanan di kota besar, sosok muda bernama Padizha Nikeisyandria Aisyzarra, siswi SMP Negeri 4 Surabaya, menunjukkan bahwa solusi untuk krisis lingkungan bisa datang dari semangat dan kepedulian generasi muda.
Dalam ajang Jambore Sekolah Ekologis Nasional 2025 di Hotel Dana Surakarta, Padizha tampil mewakili sekolahnya sebagai Putri Lingkungan Hidup dengan proyek unggulan bertajuk “Maggot! – Maggot Pengurai Sampah”.
“Maggot sebagai pengurai sampah adalah contoh pemanfaatan teknologi biologi untuk mengelola sampah organik. Maggot mampu mengurai sisa makanan dengan cepat dan efektif, sehingga mengurangi volume sampah dan menghasilkan produk bermanfaat seperti pupuk dan pakan ternak,” jelas Padizha kepada awak media.
Sejak Juni 2024, Padizha telah berhasil mengolah lebih dari 20 ton sampah organik (food waste) yang bersumber dari mitra binaan seperti Hotel Mercure, Ibis, DoubleTree, Resto Sambel Uleg Suroboyo, serta sejumlah pasar tradisional di Surabaya. Dari proses tersebut, ia mampu menghasilkan 2 ton maggot yang kemudian diolah menjadi dua produk utama: Dry Maggot dan KasGot.
Dry Maggot adalah maggot kering bernilai gizi tinggi yang digunakan sebagai pakan ikan dan unggas, sementara KasGot merupakan pupuk organik dari sisa media budidaya yang terbukti efektif menyuburkan tanaman.
Tak berhenti di situ, bersama guru pembimbing Sulastri, Padizha mengembangkan konsep ekonomi sirkular di lingkungan sekolah. Mereka mengintegrasikan budidaya maggot dengan pemeliharaan ikan lele, bebek petelur, dan ayam pedaging, yang seluruhnya mendapat suplai pakan dari maggot hasil produksi siswa.
“Dari limbah dapur hotel dan restoran, kini lahir produk yang bisa dimanfaatkan kembali untuk mendukung pertanian dan peternakan sekolah. Ini wujud nyata ekonomi sirkular di dunia pendidikan,” ungkap Sulastri dengan bangga.
Selain menggandeng pihak swasta, Padizha juga membangun jejaring sosial melalui mitra binaan seperti Kampung Demak Timur V, serta dua yayasan yatim piatu: Mahabatur Rosul dan Yatamasa. Mereka turut dilibatkan dalam pelatihan budidaya maggot dan pengolahan pupuk, sehingga program ini berdampak sosial sekaligus ekologis.
Dalam pameran Jambore, Padizha dan timnya juga menampilkan deretan produk ramah lingkungan hasil karya siswa SMPN 4 Surabaya, di antaranya sabun ekoenzim “Sakera”, sirup belimbing wuluh “Sibulura”, dan pewangi alami dari bahan bunga serta kulit buah. Semua karya tersebut mencerminkan kreativitas pelajar yang mampu mengubah sampah menjadi sumber manfaat.
“Harapan saya, masyarakat semakin mengenal manfaat maggot dan produk ekologis lainnya. Saat bumi sedang tidak baik-baik saja, kita harus kreatif untuk menyelamatkannya,” tutup Padizha dengan senyum percaya diri.
Kisah Padizha Nikeisyandria Aisyzarra menjadi bukti nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil di usia muda. Dari ruang kelas SMPN 4 Surabaya, semangat hijau itu tumbuh menjadi gerakan perubahan menuju masa depan bumi yang lebih lestari.
Yus/Red